oleh Nurul F Huda Ide
Dalam
sebuah tulisan adalah titik awal yang akan dilalui. Ide-lah yang pada akhirnya
menjadi sentral cerita, sering kemudian disebut tema. Mungkinkah sebuah
tulisan, tidak harus cerita, dibuat tanpa ada ide? Hem... it's almost
impossible. Saya hanya akan menuliskan sedikit pengalaman sehingga diskusi ini
akan lebih terpancing. Sungguh, setiap penulis mempunyai caranya sendiri untuk
mendapatkan ide, lebih-lebih mengembangkannya dalam bentuk tulisan. Toh menurut
saya inti dari ide adalah kehidupan itu sendiri (coba anda cari teori
Mimesis-nya M.H Abrams dalam sastra). Jadi saya sedikit banyak sepakat dengan
itu. Kepekaan terhadap kehidupan akan menjadi tabungan yang tidak ada habisnya.
Baiklah. Berikut beberapa sumber ide saya:
1.
Mengamati apa pun yang
terjadi di sekitar kita. Kapan pun saya mempunyai waktu untuk keluar rumah,
itulah saat saya mencari ide. Boleh jadi seorang penjual koran sekedar penjual
koran bagi orang lain. Tapi tidak bagi penulis. Sekian pertanyaan akan muncul
dan kemudian berkembang. Begitu juga ketika terjadi satu peristiwa (bacalah
buku Muhammad Diponegoro).
2.
Menjadi pendengar yang
baik. Saya senang sekali mendengar orang ngobrol atau terlibat obrolan itu
sendiri. Bisa jadi tema obrolan itu menjadi ide, boleh jadi juga hanya beberapa
kata sudah membuat otak saya bergerak. Biasanya begitu ada key words yang sudah
masuk, saya memilih diam, memikirkan jalan cerita dan... jadilah.
3.
Membandingkan. Membaca
adalah jalan yang paling baik, menurut saya, karena imajinasi kita bisa bermain
dengan bebas. Tapi menonton film, melihat pertunjukan drama dan sejenisnya,
bahkan mendengarkan lirik bisa menjadi sumber ide yang cemerlang. Tergantung
bagaimana kita bisa menemukan sesuatu yang fresh di sana untuk diolah. Tidak
usah takut dituduh mencuri ide. Tidak ada ide yang benar-benar asli.
4.
Kontemplasi.
Sebenarnya seluruh ide tetap melalui proses perenungan. Tapi yang ingin saya
katakan di sini adalah merenungi diri kita sendiri, pengalaman bathin,
pemaknaan dan sejenis itu. Begitu banyak dinamika fisik dan psikis yang kita
alami setiap hari. Itu lagi-lagi sumber ide. Cerita yang lahir dari proses
kontemplasi dengan pemaknaan yang kuat biasanya berpengaruh kuat juga kepada
pembacanya (bandingkan saat membaca Trilogi-nya Ahmad Tohari dengan novel
picisan semacam Fredy S). Bukan saja bobot ceritanya berbeda, namun itulah
pemaknaan.
4
poin di atas boleh jadi masih terlalu dangkal dan bodoh. Saya akan lebih senang
bila kita bisa berbagi di sini. NURUL F. HUDA
Tags:
Belajar Menulis