Mengapa Kita Perlu Melakukan Terapi Memaafkan?
Sebelumnya saya ingin menyampaikan sebuah cerita. Ini kisah nyata. Kisah ini saya dapat saat mengikuti webinar suatu lembaga terapi melepaskan luka batin.
Dikisahkan, ada seorang wanita yang sakit hati pada ibu mertuanya. Ibu mertuanya konon sering melontarkan kata-kata pedas dan menyakitkan. Bahkan ibunya mengatakan bahwa menantunya adalah pembawa sial bagi anak laki-lakinya, atau suami dari wanita itu.
Hal ini karena sejak menikah, kehidupan anaknya jadi sulit, rumah ngontrak dan perekonomian keluarga sangat sulit. Padahal sebelumnya mereka berkecukupan. Ibu mertua itu menuduh bahwa wanita itu penyebab kesulitan tersebut dan membawa kesialan.
Wanita itu sangat sakit hatinya. Dia tidak membalas ataupun mengeluh pada suaminya, tetapi dalam hatinya dia memendam marah dan kebencian.
Sampai pada wanita itu mengalami penyakit mematikan, yaitu Kanker. Lalu, dia berkonsultasi pada psikiater karena dia sudah mencoba berobat medis tapi tak kunjung sembuh.
Psikiater menanyakan apakah ada perasaan dendam atau marah pada seseorang. Wanita itu mengiyakan, dan menceritakan semua kejadian yang dia alami dan perlakuan ibu mertuanya. Dia bilang sangat sakit hati, dan tidak akan pernah memaafkan ibu mertuanya.
Terapis mengindikasi bahwa penyakitnya disebabkan karena emosi yang terpendam ini. Dia membujuk wanita tadi untuk memaafkan ibu mertuanya, menghilangkan perasaan marah dan kebencian itu, karena sebenarnya yang rugi bukan ibu mertuanya tapi wanita itu sendiri.
Tetapi wanita itu tetap tidak mau memaafkan. Dia mengatakan, lebih baik dia mati daripada memaafkan ibu mertuanya. Sampai wanita itu meninggal dunia, dengan membawa dendam dan kebencian.
Apa yang bisa kita ambil hikmahnya dari cerita tersebut?
Ya, dendam pada orang lain akan merugikan dan menyakitkan diri sendiri. Kebencian seperti racun. Seperti pepatah mengatakan "Membeci seseorang itu seperti meminum racun, dan berharap orang lain yang mati".
Memang tidak mudah memaafkan orang lain yang sudah menyakiti sampai ke ubun-ubun. Sebagai manusia biasa, tentunya merasa sakit hati adalah lumrah. Tapi jika kita sadari keutamaannya, maka memaafkan tentu membawa ketenangan dan kebahagiaan.
Allah SWT berfirman :
"Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." (QS. Asy-Syura : 43)
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh." (QS. Al-'Araf :199)
Banyak dari kita yang merasa sudah memaafkan orang lain yang pernah menyakiti.
"Saya sudah maafkan kok, saya ikhlas" Begitu lisan kita berucap.
Tapi pada kenyataannya kita masih mengingat dan masih merasakan sakit hati jika mengingat peristiwa tersebut.
Bahkan untuk bertemu dengan orang tersebut timbul perasaan kesal bahkan mungkin malas untuk bertegur sapa, apalagi tersenyum padanya. Iya kan?
Ini artinya kita belum memaafkannya. Memaafkan sekedar di lisan saja.
Maka untuk benar-benar memaafkan, perlu melakukan terapi. Ada beberapa terapi memaafkan (forgiveness theraphy) yang pernah saya lakukan. Dan yang paling ampuh (bagi saya) adalah Istighfar. Mungkin berbeda-beda setiap orang.
Bagaimana Praktek Terapi Memaafkan Dengan Istighfar?
Caranya cukup sederhana, biasanya saya melakukannya setelah sholat, saat sendiri dan suasana hening. Kalau lagi rame kita terapi tentu tidak akan konsentrasi, malu dilihat orang jika menangis bar-bar. Hehe..
Pertama, pejamkan mata lalu tarik nafas dan hembuskan perlahan. Lakukan berulang sampai tenang. Istirahatkan dulu pikiran dari berbagai persoalan. Lakukan sampai benar-benar tenang.
Kedua, hadirkan wajah orang yang ingin kita maafkan. Ingat lagi peristiwa apa yang membuat kita sakit hati, marah, atau benci padanya.
Jika kita sakit hati karena kata-kata makian darinya, ingat lagi kata-kata itu, rasakan sakit hatinya. Jika terasa sesak dan sakit jangan ditolak. Rasakan sakit hatinya. Rasakan marahnya.
Jika pada kejadian itu kita dipukul, ingat di bagian mana di tubuh kita yang dipukul, rasakan sakitnya, marah, dan semua emosi yang hadir.
Ketiga, Jika terasa ingin menangis, menangislah. Jangan ditahan. Menangislah sepuasnya sambil ucapkan "Astaghfirullahala'dzim.." Terus ucapkan sambil pikiran terus mengingat kejadian tersebut, dan hati merasakan marah, sakit, benci, dll.
Keempat, Selingi Istighfar dengan berdo'a pada Allah SWT Yang Maha Menguasai jiwa kita.
"Ya Allah.. Wahai Robb Penguasa Segala Sesuatu. Hamba memaafkan si Fulan (sebut namanya), hamba iklas dan ridho ya Robb dengan apa yang sudah dia lakukan/katakan pada hamba. Tolong bantu hamba ya Robb, bantu hamba menghilangkan rasa sakit di hati ini karena perbuatan/perkataannya. Bantu hamba membersihkan hati ini dari segala kebencian, amarah, prasangka dan segala sesuatu yang berakibat buruk pada hamba."
Itu contoh do'a yang sering saya ucapkan, kurang lebih seperti itu, temans bisa berdoa sesuai kebutuhan.
Jangan sungkan meminta pada-Nya, karena kita bukan apa-apa, kita hanyalah hamba-Nya yang sangat tergantung dan membutuhkan Dia. Kalau tidak kepada Allah SWT, kepada siapa lagi kita memohon pertolongan??
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah:5)
Lakukan Istighfar dan do'a sampai lega. Benar-benar lega. Biasanya saya melakukannya 15 - 30 menit.
Insya Allah perasaan sakit hati, kecewa, marah dll akan berangsur hilang. Jika masih ada perasaan itu, ulangi lagi terapinya sampai benar-benar hilang.
Kecepatan pemulihannya tentu berbeda setiap orang. Tergantung dari seberapa besar luka dan sakitnya. Jika luka dan sakitnya dalam, perlu dilakukan beberapa kali sampai lega.
Nah, begitulah cara memaafkan dengan terapi istighfar. Sebenarnya banyak sekali metode forgiveness theraphy ini. Seperti, Hooponopono, Empty Chair, SEFT dan banyak lagi yang bisa kita lihat di Youtube. Insya Allah lain kali akan saya bahas.
Saya sendiri lebih senang melakukan terapi Istighfar. Karena, selain dzikir bukankan juga penghapus dosa? Wallahu'alam.
Selamat mencoba ya..