Beberapa bulan lalu, saat Hari Raya Idul Fitri, saya dan suami mengunjungi saudari tertua ayah. Beliau sudah lama sakit dan hanya bisa berbaring di kamar. Biasanya, tamu yang datang hanya sebentar menyapa dan bersalaman, lalu pergi. Namun, saat saya datang, kamarnya sepi, sehingga saya bisa mengobrol lebih lama. Sementara suami saya berbincang dengan anak-anak beliau di ruang tamu.
Beliau menceritakan kesedihannya karena kondisi kesehatannya yang semakin memburuk. Beliau merasa telah merepotkan anak-anak dan keluarganya. Karena sakitnya, beliau tidak bisa lagi berjalan atau bahkan duduk tanpa bantuan. Semua aktivitas, seperti mandi dan pergi ke toilet, harus dibantu oleh anaknya. Hanya makan dan minum yang masih bisa dilakukan sendiri karena tangannya masih bisa bergerak. Di akhir pembicaraan, beliau sempat menangis dan hanya bisa pasrah dengan keadaannya.
Happy Grandmather |
Sepanjang perjalanan pulang, saya merenung. Saya berharap agar masa tua saya diberikan kesehatan dan kesejahteraan. Sejak saat itu, saya menambah doa setelah sholat, doa yang selalu saya panjatkan hingga sekarang.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari masa tua yang menyusahkan anak dan keluarga.”
Masih dalam suasana lebaran, saya dan keluarga mudik ke kampung. Di sana, saya bersilaturahmi ke rumah saudara ayah yang usianya juga sudah tua. Tubuhnya sehat dan terlihat sejahtera karena rumahnya bagus dan usahanya lancar. Saya berpikir kehidupannya pasti bahagia karena sudah memiliki banyak cucu. Namun, ternyata saya salah. Beliau mulai bercerita betapa susahnya menghadapi anak dan cucunya. Dari segi kesehatan dan finansial, beliau merasa lebih dari cukup. Tapi justru masalah datang dari anak dan cucu yang kerap membuatnya tidak tenang.
Saya kembali berpikir bahwa ada juga masa tua yang justru disusahkan anak dan cucu, meskipun tubuh sehat dan finansial cukup. Saya pun menambah permintaan atas doa untuk masa tua saya.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari masa tua yang menyusahkan dan disusahkan anak dan keluarga.”
Karena usia saya juga tidak lagi muda, saya merasa belum terlambat untuk mempersiapkan masa tua saya. Saya berharap masa tua saya bahagia dan membahagiakan. Saya teringat ceramah dari Dr. Zaidul Akbar. Beliau menyampaikan bahwa kematian itu pasti datang, tetapi kematian seperti apa yang kita inginkan, tentu bisa dipersiapkan.
Mari kita bersama-sama berdoa dan mempersiapkan diri untuk masa tua yang penuh berkah, bahagia, dan membahagiakan. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari kesusahan di masa tua dan memberikan kita kehidupan yang tenang serta penuh kasih sayang bersama keluarga. Aamiin.